Oleh Restu A Putra*
--Pernah dimuat Harian Sumut Pos, 15 Januari 2012
Katya, adalah Tentang Pagar
(1992, Cerita-cerita di depan pagar, sebelum petang menjelang)
Demi
menghargai perasaan cinta yang semakin bunga bermekaran, aku rela
mendengarkanmu. Di suatu sore di depan pagar. Mengapa kamu begitu
percaya padaku, Katya. Apa pun yang kamu ceritakan, aku rela
mendengarkanmu. Tentang luka-lukamu. Tentang kemuakan-kemuakanmu.
Tentang apa yang kamu anggap omong kosong. Betapa menyenangkan
mendengarkan cerita-ceritamu. Semisal saat kamu menanyakan padaku,
mengapa kita harus mengikuti aturan-aturan, sedang sejak lahir kita
bebas menangis dan tertawa. Atau saat kamu dengan girangnya menceritakan
padaku bagaimana cara-cara ayahmu mengkhianati pimpinannya,
bawahannya, sahabat-sahabatnya, orang-orang kepercayaannya di kantor
dinas tempat ayahmu mengabdi dan bekerja. Juga ibumu.