oleh
: Hafidz Azhar*
A. L. Goldmann dan Strukturalisme Genetik
Sastra tidak akan terlepas dari realitas
sosial. Seperti yang diungkapkan Aristoteles, sastra merupakan mimesis bagi
kehidupan. Teks yang dihubungkan dengan penulis, kemudian teks juga dihubungkan
dengan gejala-gejala lainnya. Oleh karena itu, sastra relevan dengan konteks
apa pun. Filsafat, seni, budaya, apalagi bahasa yang sangat menopang keberadaan
sastra itu sendiri. Melihat hal ini, Lucien Goldmann seorang filsuf sekaligus
sastrawan dan kritikus sastra Rumania-Prancis menerapkan sebuah teori
kesusastraan yang kita kenal dengan teori Strukturalisme Genetik.
Strukturalisme genetik sering disebut juga sebagai strukturalisme historis,
yang menganggap karya sastra khas dianalisis dari segi historis.
Individu pada dasarnya memberikan
pandangan dunia suatu kelompok sosial atau yang sering disebut transindividual
subject. Pandangan dunia bukanlah satu realitas yang positivistik.
Pandangan dunia itu diwujudkan melalui bentuk penciptaan karya sastra yang baik
yang mana hal itu diwujudkan dalam pikiran yang konseptual.
Goldmann mengenalkan konsep struktur
mental dan struktur karya sastra. Dia tidak berpikir pada tataran linguistik,
tetapi pada pasangan ide-ide dan konsep. Dia selanjutnya mengenalkan pandangan
dunia atau vision du monde. Pandangan dunia diekspresikan melalui
kelompok sosial yang termanifestasi dalam bentuk pemikiran, perasaan, tingkah
laku yang diorientasikan kepada satu organisasi hubungan interhumanis dan
relasi antara manusia dan alam. Pandangan dirinya sebagai struktur mental dan
struktur itu oleh Goldmann diberi istilah “koherensi” dalam karya-karya
pengarang yang besar atau filsuf yang mempersentasikan kelompok sosial.
Pendekatan Goldmann dengan menekankan
pada pandangan dunia ini dalam sastra masuk pendekatan ekspresionisme, tetapi
berbeda pengertiannya dengan ekspresionisme dalam pandangan romantik atau M.H.
Abrams. Menurutnya, karya sastra adalah ekspresi dari pengarang sendiri dan
juga ekspresi kelas sosial sebab pengarang menjadi anggotanya. Goldmann
menekankan bahwa karya yang asli yang menggambarkan struktur mental yang
terletak dalam prilaku sosial dan dia melihat perilaku sosial tidak terlepas
dari satu individu saja, melainkan juga dengan individu yang lain ataupun kelompok.
Konsep ini oleh Goldmann disebut sebagai unit dasar dari aktivitas sosial yang
dinamakan “subjek transindividual”. Karya sastra merupakan bentuk dari produk
kolektif kelompok sosial. Dia melihat penulis besar sebagai elaborasi dari
struktur mental kelompok sosial.
Struktur mental Goldmann bukanlah
struktru linguistik, tetapi interelasi konsep-konsep. Dalam pandangannya
terhadap sastra sebagai produksi bahasa, Goldmann memilki pandangan yang hampir
serupa dengan Jacques Derrida tentang “logosentrisme”. Bahasa merupakan alat
untuk mengekspresikan sebuah realita dalam eksisitensinya. Eksistensi realitas
karya sastra berada dalam pandangan dunia dan struktur mentalnya. Pendekatan
ini oleh Goldmann disebut strukturalisme genetik.
Karya sastra sebagai sebuah homologi.
Pandangan dunia adalah fakta sosial model Goldmann ini pada akhirnya tidak
terpusat pada model refleksi ataupun model ekspresinisme, tetapi pada genetik.
Hal ini dikarenakan dia menekankan pada hubungan antara karya dan pengarang
sebagai kelompok sosial yang merupakan satu totalitas. Sumbangan Goldmann dalam
perspektif sastra marxis terletak pada usaha untuk menemukan dan melihat
bagaimana sejumlah bagian-bagian superstruktur (sastra, filsafat, politik,
agama) direlasikan satu dengan yang lain pada hubungan kelas-kelas sosial
(Susanto, 2012:177).
B. Kesimpulan
Keseluruhan persyaratan di atas tercakup
dalam konsep dasar yang membangun teori termaksud, yaitu fakta kemanusiaan,
subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia dan penjelasan. Fakta kemanusiaan
merupakan landasan ontologis dari strukturalisme genetik. Adapun yang
dimaksudkan dengan fakta tersebut adalah segala hasil aktivitas atau perilaku
manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang dipahami oleh ilmu
pengetahuan. Fakta kemanusiaan, seperti telah disinggung di atas bukanlah
sesuatu yang muncul begitu saja, melainkan merupakan hasil aktivitas manusia
sebagai subjeknya. Dalam hal ini perlu diperhatikan perbedaan antara subjek
individual dan subjek kolektif. Perbedaan itu sesuai dengan perbedaan jenis
fakta kemanusiaan. Subjek individual merupakan subjek fakta individual
(libidinal), sedangkan subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial (historis)
(Faruk, 2012:62).
Adapun pandangan dunia dan penjelasan,
merupakan persamaan dari refleksi terhadap realitas yang ada. Strukturalisme
genetik memiliki implikasi yang lebih luas dalam kaitannya dengan perkembangan
ilmu-ilmu kemanusiaan pada umumnya (Kutha Ratna, 2011:122). Sebagai seorang
strukturalis, Goldmann sampai pada kesimpulan bahwa struktur mesti
disempurnakan menjadi struktur bermakna, di mana setiap gejala memiliki arti
apabila dikaitkan dengan struktur yang lebih luas, demikian seterusnya sehingga
setiap unsur menopang totalitasnya. Oleh karena itu, strukturalisme genetik
menjadi pisau analisa yang berguna untuk karya sastra melihat objek yang
dikajinya itu bukan hanya terdapat di dalam teks, akan tetapi di luar teks yang
mempengaruhi karya sastra menjadi suatu kajian interdisipliner. Khususnya
kajian terhadap aspek sosiologis yang mampu diterapkan oleh seorang Lucien
Goldmann dalam kritik sastranya.
Daftar Bacaan :
Susanto, Dwi, Pengantar Teori sastra. CAPS:Jakarta
2012
Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra. Pustaka
Pelajar:Yogjakarta 2012
Ratna, Kutha Nyoman, Teori, Metode,
dan Tekhnik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar:2011
Teeuw, A Sastra dan Ilmu Sastra. Pustaka
Jaya:Jakarta 1988.
*Mahasiswa BSA UIN Bandung, aktif di Lembaga Pengkajian Ilmu Ke-Islaman (LPIK).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar