Halaman

Like This, Oke !!

Bewara

Hadirilah....
DISKUSI KEBANGSAAN JILID II "Momentum Hari Pahlawan, Upaya Membangun Bandung Berdikari"
Pembicara :
1. Drs. H. Asep Dedy Ruyadi, M.Si (Wakil Ketua DPRD KOTA BANDUNG)
2. H. Dedi Supandi, S.STP, M.Si (Ketua DPD KNPI KOTA BANDUNG)
3. Ust. Iman Setiawan Latief, SH (Ketua PD PERSIS KOTA BANDUNG)
4. Ridwan Rustandi (Ketua Hima Persis Kota Bandung
Jum'at, 16 November 2012
13.00-selesai
@AULA PP PERSIS (Jl. Perintis Kemerdekaan)

Graties dan terbuka untuk umum!!

KOpi gratis, Snack Gratis, dll

Organized BY
PD HIMA PERSIS KOTA BANDUNG
CP:085721502422

Kamis, 21 Juli 2011

03.00, Waktu Bangun. 22.00, Waktu Tidur

Cerpen, oleh Rizqi Fauzi Anggadinata

Jam 03.00
“Masnaa… Tunggu kakak!! Jangan ngebut! Rantai sepeda kakak lepas nih..”
“Ayo, Kaakk!! Kejar aku! Hihi..”
BLARR! Hujan turun. Sekujur tubuh saya basah kuyup. Dan Masna pergi entah kemana.



Dan saya terbangun oleh air yang disemprotkan Ustad Kuncoro ke wajah saya. Mimpi indah saya hancur oleh percikan air itu. kesal. Kalau saya kembali tidur, mungkin bukan melanjutkan mimpi indah tadi, melainkan mimpi kebanjiran di asrama. Saya menengok ke arah jam dinding. Jam 03.12. Masih jauh dari waktu azan Shubuh. Masih ingin tidur lagi, tapi ustad Kuncoro masih ada di asrama, membangunkan santri lainnya untuk sholat tahajud.



Berat. Sangat berat mata ini saya angkat. Tapi mau bagaimana lagi, saya harus bisa sholat tahajud. Walau keadaannya terpaksa.
“Rizqi, qum! Ayo bangun.. Paksakan saja, insya Allah suatu saat nanti akan terbiasa.”
Mata saya masih setengah terbuka-setengah tertutup. Tetapi saya mendengarkan apa yang dikatakan ustad Kuncoro dengan baik. Segera saya turun dari tempat tidur dan mengambil air wudhu.
Beberapa teman saya sudah mulai melaksanakan tahajud. Rasanya mereka begitu tenang dan menghayatinya. Apalagi lampu masjid belum dinyalakan. Menambah kesan ‘dekat’ dengan Rabbnya.

TEETT..!! TEETT..!! TEETT..!!
Bel masuk kelas berbunyi. Jam tangan saya menunjukkan pukul 06.55. Saya harus segera masuk kelas. Tetapi seragam saya masih kusut, belum disetrika. Rambut masih berantakan. Di kejauhan, saya mendengar suara rotan yang dipukulkan ke jalan. Mendekati ruang asrama saya. Teman-teman sudah berangkat. Tinggallah saya seorang. Oh, my God. Tanpa setrika, seragam saya kenakan dengan terburu-buru. Tanpa sisir, saya lari menuju kelas dengan rambut kusut.
Di kelas, ketika guru menerangkan pelajaran Nahwiyyah, pikiran saya tidak fokus ke pelajaran yang guru sampaikan. Pikiran saya sudah terbang dan hinggap di rumah. Tidak peduli dengan apa yang guru sampaikan karena saya begitu bahagia. Ini hari Kamis, waktunya saya bisa pulang ke Bandung!
Jam 14.00.
Waktunya pulang. Saya keluar kelas lebih dulu daripada teman lain. Bergegas menuju asrama dan mempersiapkan segalanya untuk dibawa ke Bandung. Tiba-tiba dari ruang Pembina ada panggilan untuk saya.
“Kepada akhi Rizqi, ditunggu di ruang Pembina sekarang juga.”
Wah, ada apa ini? Saya kan tidak melanggar peraturan hari ini, batin saya. Akhirnya, saya penuhi panggilan itu. saya lari menuju ruang Pembina dengan berlari kencang.
“Ada apa, ustad?”
“Kamu mau pulang ke Bandung?”
“Na’am, ustad.”
“Ini ada telepon dari ibumu.” Ustad Kuncoro menyerahkan pesawat telepon kepada saya. Kening saya mengerut.
“Assalaamu’alaikum..?”
“Wa’alaikumsalam.. Ki, Kiki teu keudah uih ka Bandung nya? Mamah sareng Bapa bade ka Tasik enjing..”
“Ah, mamah.. tapi kan Kiki hoyong uih..”
“Tos teu keudah lah.. Mamah hoyong terang kaayaan di Pasantren.”
“…”
“Nya ntos nya, assalamu’alaikum..”
“…” Saya menjawab salamnya hanya dalam hati saja. Sakit hati. Kesal.
Saya kembali ke asrama dengan lemas. Tidak ada pulang, tidak ada semangat. Naik ke tempat kasur dan merebahkan diri. Dan akhirnya menitikkan air mata. Bertanya pada diri sendiri, mengapa harus begini?? Tapi biarlah, mungkin ini yang harus saya hadapi.
Hingga tak terasa, azan Ashar berkumandang. Saya segera mengambil air wudhu dan menunaikan sholat Ashar. Sore ini, saya berencana main ke kota saja. Sedikit menghibur diri.
“Ustad, saya izin ke kota..”
“Ada perlu apa?”
“Biasa, belanja keperluan sehari-hari..”
Ternyata yang mau izin sore ini cukup banyak. Salah satunya ada teman saya. Sambil menunggu surat dibuat, kita mengobrol sambil bisik-bisik karena menggunakan bahasa Sunda. Dan ustad Kuncoro tidak mendengar bahasa apa yang kita gunakan.
“Rizqi, di asrama ada berapa orang?”
“Aya tilu urang, ustad.. eh..” Ups, saya salah menggunakan bahasa di depannya.
“Rizqi! Pakai bahasa apa barusan?? Turun! Tiga seri!”
Ya Allah, tiga seri tidak sedikit bagi saya.
“…, 28, 29, fuhh, 30.” Alhamdulillah, akhirnya selesai juga. Pegal rasanya tangan ini.
“Oke, ustad. Mana suratnya?”
“Ini. Jangan kamu ulangi lagi.” Sambil menyerahkan surat izin keluar pada saya.
“Siap, ustad.”
“Dan ini saya cantumkan jam keluarmu hanya sampai jam 6 sore. Tidak boleh lebih! Fahimta?”
“Fahimtu, ustad. Syukran..”
Saya gunakan waktu sebaik mungkin. Mau belanja atau pun main, terserah saya. Waktu sekarang ini adalah milik saya. Dan yang tidak boleh saya lupakan adalah tepat waktu.
Menit-menit menjelang azan Maghrib, saya tiba di gerbang pondok. Bergegas menuju ruang Pembina untuk menyerahkan surat izin. Dan Alhamdulillah, akhirnya saya bisa tepat waktu. Nyaris telat dan saya akan menjalankan sanksi berikutnya.
Usai sholat Isya, semua santri keluar dari asrama. Mereka pergi ke kelas tetapi juga ada yang pergi ke masjid. Semua satu tujuan, belajar untuk persiapan esok hari. Saya masuk kelas dan hanya menghapal al-Quran. Karena hanya itu yang bisa membuat saya tenang. Setelah itu, seperti biasa, saya menuliskan semua yang terjadi hari ini di buku diary saya.
Di akhir paragraf saya menulis,
entah apa yang terjadi pada diri saya hari ini? Dan entah mengapa saya masih bertahan di pondok seperti ini? Yang penuh dengan aturan. Mulai dari A sampai Z, semua harus diatur. Menyebalkan. Tapi… Saya semakin mengerti kenapa ada aturan. Mungkin agar saya bisa disiplin. Disiplin waktu atau disiplin apa pun. Yang pasti, itu akan baik untuk saya. Sekali pun dihukum, mungkin itu bukan siksaan atau balas dendam, melainkan peringatan bagi saya untuk tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari.
Oke, terima kasih ya Allah untuk hari ini.
Terima kasih. Terima kasih.
21.55. malam, penutup hari yang penuh dengan warna.
TEETT..!! TEETT..!! TEETT..!!
Waktunya kembali ke asrama untuk tidur. Sebagian teman saya berkumpul di satu tempat tidur, mengobrol ini itu. Saya lebih memilih tidur saja daripada mengobrol. Karena saya tidak ingin kembali panik di pagi hari karena seragam belum disetrika dan rambut belum disisir.
***
“Nah, begitulah nak, waktu ayah di pondok…” Cerita saya pada Fahmi, anak saya.
“Wah, ternyata ayah pernah nangis cuma karena gak bisa pulang.. padahal kan nenek mau nengok ayah..”
“Hehe.. iya, tapi kan sebentar. Sebenarnya banyak suka dukanya di pondok itu. Ayah mendapatkan banyak pelajaran yang tidak dapat ayah temukan di dalam ruang belajar. Salah satunya ya itu, yang ayah ceritakan.. tentang disiplin waktu.”
“Iya, ayah.. Fahmi suka cerita ayah.. rame.. seruu..!!”
“Hehe.. makasih, ya! Oya, Fahmi udah solat Isya belum?”
“Udah dong.. Kan Fahmi suka lihat ayah kalau solatnya suka tepat waktu..”
“Hehe, anak ayah yang satu ini memang hebat! Keren! Kayak ayahnya.. Hehe..”
“Huu.. Ayah ya ayah, Fahmi ya Fahmi.. Tapi Fahmi bangga punya ayah seperti ayah Rizqi.”
“Hehe.. Baiklah, baiklah.. sekarang udah jam 21.50.. Udah waktunya tidur.”
“Oke, Ayah!”
“Dadah, Fahmi! Assalaamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam..”
Saya pergi meninggalkan Fahmi sendirian di kamarnya. Dan saya menuju kamar sendiri. Menghela napas. Dan saya membatin, saya bangga pada diri saya yang bisa menjadi contoh baik bagi anak saya sendiri. Dan mudah-mudahan dengan cerita yang saya sampaikan kepada anak saya, bisa menjadikan dirinya lebih baik. Tentunya lebih baik dari saya.

Biodata

Nama : Rizqi Fauzi Anggadinata
Nama panggil : Rizqi, Kiki
Jenis Kelamin : Pria
TTL : Bandung, 25 Februari 1988
Kebangsaan : Negara Kesatuan Republik Indonesia
Agama : Islam
Alamat rumah : Jl. Malangbong V no. 46, Antapani, Bandung.
No. Telp. Rumah: 022-7270702 / 7276952
No. Ponsel : 081221463344
e-mail : mysmile_25@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar