Halaman

Like This, Oke !!

Bewara

Hadirilah....
DISKUSI KEBANGSAAN JILID II "Momentum Hari Pahlawan, Upaya Membangun Bandung Berdikari"
Pembicara :
1. Drs. H. Asep Dedy Ruyadi, M.Si (Wakil Ketua DPRD KOTA BANDUNG)
2. H. Dedi Supandi, S.STP, M.Si (Ketua DPD KNPI KOTA BANDUNG)
3. Ust. Iman Setiawan Latief, SH (Ketua PD PERSIS KOTA BANDUNG)
4. Ridwan Rustandi (Ketua Hima Persis Kota Bandung
Jum'at, 16 November 2012
13.00-selesai
@AULA PP PERSIS (Jl. Perintis Kemerdekaan)

Graties dan terbuka untuk umum!!

KOpi gratis, Snack Gratis, dll

Organized BY
PD HIMA PERSIS KOTA BANDUNG
CP:085721502422

Selasa, 16 Agustus 2011

Zohrah itu Semangat Menulis


Namanya Sarah, lengkapnya Sarah el-Zohrah, setidaknya itu yang tertera di akun fesbuk miliknya. Berasal dari Garut katanya (kata Owen). Kini kuliah di Unpad semester tiga kata Iqbal Dzilal, jurusan keperawatan. Bergiat terutama di Hima-Himi Persis Unpad, lain-lainnya; di FLP, Rohis, dan entahlah tanyakan sendiri. Hati-hati jangan keseleo ingatan, akun fesbuknya bukan ‘Sarah el-Zohar’ seperti pernah penulis keseleo cari-cari akunnya dengan mengetik kata, “Sarah el-Zohar”. Sehingga penulis kira, idola Sarah adalah Danah Zohar, penulis buku ‘Spiritual Quotion’. Alhasil tak ada akun yang cocok dengan nama yang penulis ketik.

‘el-Zohrah’, jangan terkecoh kata itu bukan berasal dari bahasa Arab semuanya, mentang-mentang dia bergiat di ormawa bercorak agama (Islam). ‘el’ berasal dari Bahasa Ibrani yang berarti ‘lah(illah)’ dalam Bahasa Arab, dan ‘tuhan’ dalam Bahasa Indonesia. Zohrah sendiri, apa artinya? Secara etimologi, ia bisa berarti bunga. Tapi kalo artinya bunga, bunyinya 'Zuhrah'. Inikan yang sedang dibahas 'Zohrah'. Ah entahlah, ternyata benar, penulis bukanlah ahli bahasa.

Mari kita telusuri apa sebenarnya arti kata ‘Zohrah’ yang Sarah maksud. Ah ternyata ketemu, seperti yang ditulis Sarah di blog pribadinya, ‘Zohrah’ adalah Venus. Dalam tulisan singkat berjudul, “Zohrah itu Venus”, Sarah memaparkan semacam asal-usul atau filosofi dari kata “Zohrah”. Zohrah adalah bintang Venus/Bintang Fajar/Bintang Senja/Bintang Kejora dll. Adalah salah satu nama dewa(dewi) Bangsa Romawi. Bagi Bangsa Romawi, Bintang Venus (Zohrah) adalah lambang kreatifitas atau daya cipta yang menopang segala kehidupan Bangsa Romawi.

Dalam perspektif orang Islam rigid yang penuh rasa curiga pada barat, menggunakan nama itu (Sarah el-Zohrah), Sarah bisa-bisa dituduh bengkok aqidahnya. Sebab jelas, menggunakan nama ‘Zohrah’ bisa diartikan mengimani salah satu tuhan Bangsa Romawi. Terlebih kata ‘Zohrah’ didahului oleh kata ‘el’ yang berarti tuhan. Sarah bisa-bisa dituduh bengkok dan sesat dalam beragama. Namun apakah itu yang Sarah kehendaki dari nama akun fesbuknya? Penulis kira tidak, mana mungkin ia mau-maunya dituduh sesat apalagi murtad.

Masih ada perspektif lain yang mencerahkan yang tidak stereotif terhadap apa-apa yang berasal dari barat. Perspektif yang mendasari dirinya pada keyakinan bahwasannya baik menghadap ke timur maupun ke barat, si situ ada wajah Alloh. Atau yang mendasari dirinya pada keyakinan bahwasannya hikmah adalah milik orang beriman, siapa pun yang menemukannya di jalan, maka ambillah. Perspektif yang penuh curiga justru itu masalahnya, sehingga kita buta dan tidak bisa memaknainya secara jernih dan maslahat apa-apa yang datang dari mana saja.

Secara formal boleh jadi Zohrah adalah salah satu tuhan Bangsa Romawi, namun itu bukan berarti Sarah juga mengimani Zohrah sebagai salah satu tuhannya. Sebab secara materil, Zohrah juga bisa berarti semangat mencipta/semangat berkarya. Jangan-jangan itu yang Sarah imani. Bisa jadi benar memang itu, karena keimanan butuh implementasi dan Sarah mengimplementasikan imannya dalam bentuk tulisan.

“tulisanku jelek dan masih mentah”, kilahnya dalam sebuah sms. Namun justru karena hal itu ia masih terus menulis, menulis dan menulis. Karena tulisannya masih jauh dari cantik seperti Venus sang Dewi Kecantikan, Sarah agaknya ingin sampai ke Venus, meraihnya dan menggapainya. Sebab Venus adalah bintang dan bintang adalah cita-cita.

Namun di tengah hasratnya itu, selalu ada dilema. Ia dihadapkan pada kondisi seolah-olah harus memilih dan mengorbankan yang lain (lih. Tulisannya berjudul “Aku Sudah Lupa Bagaimana Menulis Cerpen”). Dilema itu seputar hasrat menulis dan kewajibannya. Hasratnya menulis begitu besar, namun beku tatkala tugasnya sebagai mahasiswa jurusan keperawatan menghantam secara bertubi-tubi sebagian besar konsentrasinya. Alhasil ia mendapati dirinya tengah mati imajinasi, namun itu tidak membuat dirinya optimal dalam tugasnya sebagai mahasiswa. Padahal sebelumnya ia selalu bisa optimal dalam tugas maupun dalam menggeluti hasrat menulisnya.

Lantas, apakah ia benar-benar mati eksistensinya dalam menulis? Penulis kira tidak, tulisannya berjudul, “Aku Sudah Lupa Bagaimana Menulis Cerpen” adalah penanda bahwa dirinya hanya tengah mengambil jeda dari rangkaian panjang hasratnya menulis cerpen. Melalui tulisan itu, ia tengah meneropong dirinya dari luar, mengamati dirinya dengan seksama dan memetakan apa yang selama ini ia lakukan bertalian dengan hasratnya dan kewajibannya. Dan, ia tetap menulis walaupun ia mengaku dirinya tengah dalam keadaan lupa bagaimana caranya menulis cerpen.

Di tulisannya itu, Sarah membicarakan dilemanya, beruntung ia tak menyimpulkan harus mengorbankan yang satu demi yang lain. Sebab Dr. Jones pun, dalam filmnya Indiana Jones pernah berseru bahwasannya karirnya sebagai guru ia lakoni separuh waktu, sisanya menjadi petualang. (YH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar