oleh Miftahul Khoer * pada 13 Mei 2011 jam 9:32
KERANDA
Saat usia disergap ngilu
Kau utarakan beberapa ungkap dalam sekejap:
Mata sinis itu tertancap pada sebilah pisau
Dan raut muka
Sebentar lagi tulang-tulangku retak
Kulitku pucat, dan keringat menggenang abai
Tanpa jejak dan lumuran darah
Diambang pintu dan terali ajal
Keranda Izrail tepat di depan mata
2011
DI BATAS KOTA
di sepanjang trotoar aku menemukan tubuhmu tanpa nama
wajah yang lusuh tersapu debu jalanan
kau berucap dengan nafas yang bertikai
pada suatu masa yang sempat terbakar
ketika bercak darah menggumpal
sepasang bola matamu hendak mengabarkan peristiwa
tentang pertikaian luka sejarah yang tercecer
di batas kota dan museum prahara
kotaku adalah mukjizat yang terkubur
hartaharta yang terbakar tak bisa
dijadikan obat penawar kebahagiaan
ketika kugenggam segumpal tanah
kutemukan isyarat yang harum akan bau sorga
pada abad yang hadir di tengah kota yang penuh kerikil
2011
BUKIT
aku masih bertanya pada bukit yang pernah kau tempati
ketika laba-laba menyelamatkanmu dari hunusan pedang
kau gigil saat malam terkulai bulan
saat bisik mengendap di akhir rakaat fajar
“mungkin pertapaanmu selesai
pada huruf dan angka yang berhasil kau baca”
sebuah kitab menjadi doa
wujudmu menjelma tanda
dan tafsir menjadi darah
aku masih bertanya pada goa
yang sempat kau terka
menjadi sejarah
yang berputar di sepanjang abad
“mungkin sebuah kisah
urung tertulis jika kau tak hadir”
datanglah
aku ingin kau kembali
sebelum langit muntah amarah
sebelum mahsar menjadi pasar
2011
*Penyair adalah mantan mahasiswa UIN Bandung yang baru saja lulus kemarin. Berkuliah di jurusan BSI ( Bahasa dan Sastera Inggris), bergiat terutama di Komunitas Sastera Kabel Data, dan beberapa tahun menjadi kuncen LPM Suaka (Lembaga Pers Mahasiswa).
menggelepar
BalasHapus