oleh Azmil R. Noel Hakim pada 14 April 2012 pukul 12:07 ·
Di titik itu, anggap saja; menetas, terbuka dan kemudian rekah
Panggil saja aku Pradnya, seorang perempuan malang. Tertanam sebuah cita-cita agung di dalam namaku. Bukan keinginanku, hanya sebuah ketakutan dari orang-tuaku yang berharap anaknya tumbuh dan hidup mewah, asri, damai dan dilimpahi oleh harta benda yang cukup, sebagaimana seperti Pradnya yang sesungguhnya.