CERPEN, oleh Mufti Fauzi Rahman
Malam semakin larut, namun kunang-kunang masih ceria dengan lampu kedip ditubuhnya. Wajah awan yang semakin sendu menyuruhku beranjak dari teras. Kulihat lagi bintang yang menggoda dengan kerlap-kerlipnya, Bagai seorang gadis yang mengedipkan sebelah mata, centil. Entah kenapa aku enggan meninggalkan malam ini. Kulirik jam tangan, Pukul 00.00 WIB. Kulihat langit lagi, tampak bulan yang sedang menggoda dengan seribu cahaya. Mahakarya yang sempurna. Ku masuk kedalam rumah lalu mengunci pintu dan merebahkan punggung di sofa.